Badan candi sendiri berbentuk bujur sangkar dengan bagian tengah-nya lebih menjorok keluar dari tengah sisinya. Terdapat relung pada badan candi ini. Relung ini seharusnya berisi figur tokoh dewa dalam posisi berdiri dan memegang bunga teratai, sayangnya hanya sisi barat saja yang tersisa. Setiap pintu masuk, terdapat hiasan berupa kala dengan bagian jenggernya terdapat kuncup-kuncup bunga, dedaunan dan sulur-suluran. Hiasan ini pun sekarang hanya terdapat pada sisi utara candi
Batas antara atap dan tubuh candi terdapat hiasan berupa makhluk kahyangan yang kerdil (gana). Bagian atap candi ini berbentuk segi delapan dan bertingkat dua. Pada masing-masing sisi ditingkat pertama terdapt arca budha yang melukiskan Manusi Budha dan tingkat kedua melukiskan Dhyani Budha. Bagian puncak candi kemungkinana berupa stupa, tetapi tidak berhasil direkonstruksi kembali karena banyak batu asli yang tidak diketemukan. Disekeliling candi sebenarnya terdapat stupa dengan rata-rata tinggi 4,6 meter dan berjumlah 52 buah. Akan tetapi stupa-stupa tersebut tidak ada yang dibangun kembali, karena banyaknya batu asli yang hilang. Satu hal yang menjadi keistimewaan Candi Kalasan adalah dipergunakannya bajralepa untuk melapisi bagian luar candi. Bajralepa merupakan sejenis semen kuno yang berguna untuk memperhalus dinding dan pengawet batu supaya tidak aus.
Berdasarkan prasasti Kalasan (tahun 700 Caka atau 778 Masehi) yang berhuruf prenagari dan berbahasa sansekerta menyebutkan, bahwa guru sang raja berhasil membujuk Maharaja Tejahpura Panangkarana (Kariyana Panangkara) yang merupakan mustika keluarga Sailendra (Sailendra Wamsatilaka), untuk membangun bangunan suci bagi dewa Tara dan sebuah biara bagi para pendeta. Hasilnya, raja kemudian menghadiahkan desa Kalasan kepada semua sangha. Oleh karena itu angka tahun 778 Masehi dianggap tahun berdirinya Candi Kalasan.
0 komentar:
Posting Komentar